Aku tak bisa berhenti tersenyum. Dengan lincah jemariku menari, menggores serta melompat-lompat di atas lantai kertas. Menorehkan bait-bait penuh romantisme picisan yang mungkin kalian bilang klise.
Sebut itu diary, catatan, buku harian, atau jurnal musiman. Aku benar-benar tak perduli jika ada yang menganggapku seperti banci karena senang mencurahkan isi hati dan berfantasi dalam aksara romawi, walaupun aku adalah seorang laki-laki.
Malam itu aku ingin menuliskan semuanya. Tentang dunia, tentang alama semesta, tentang langit jingga, tentang hariku yang sempurna, dan tentang dia.
Dia.
Hari itu adalah hari dimana kami berdua pertama kali bertatap muka. Yah, aku memang sudah lama mengenalnya. Tapi setelah sekian lama kami hanya berkomunikasi melalui jejaring dunia maya, dia akhirnya bersedia meluangkan waktunya untuk menyapaku di dunia nyata.
Bukan perkara yang mudah memang, perlu waktu cukup lama dan kesabaran yang luar biasa. Aku harus bisa membuktikan bahwa aku bukanlah pria psikopat sakit jiwa yang akan menculik dan menyekapnya di loteng rumahku. Ataupun membunuhnya pelan-pelan dengan menggunakan puntung korek api.
Satu hal yang membuatku sangat penasaran, bagaimana sosok aslinya? Aku yang selama ini hanya melihat sosoknya lewat titik-titik dan bit piksel hanya bisa harap-harap cemas. Bukan tidak mungkin dia selama ini dia ternyata menggunakan foto artis dari negeri tetangga kan?
Tapi ternyata tidak. Dia sama persis dengan apa yang dia tunjukan di dalam foto-fotonya, bahkan mungkin lebih cantik. Kapasitas tampilan 32 bit dengan 16 juta warna di layar monitorku ternyata belum cukup untuk menangkap semua keindahannya selama ini.
Tubuhnya tinggi semampai, hanya beberapa milimemeter lebih pendek dariku. Kulitnya kuning langsat, terawat dengan baik. Rambutnya hitam bergelombang, sengaja dibiarkan tergerai sampai ke bahu. Kedua mata cokelatnya tampak bulat penuh, menatap penuh ingin tahu, tapi bersembunyi dengan malu-malu dibalik kacamata berbingkai kotak yang dia kenakan.
Senyum kecil selalu tersungging dari bibir tipisnya. Manis sekaligus sinis, benar-benar membuatku nyaris mati gemas.
Saat berbicara, suaranya halus dan pelan, Lembut seakan sedang menasihati seorang anak balita agar tidak berbuat nakal.
Dia benar-benar wanita sempurna bagiku.
Pendapatku hari ini semuanya berjalan seperti seharusnya, lancar. Kita bertemu di sebuah mall, makan siang bersama, kemudian menonton sebuah film romantis. Saat hendak berpisah, kuberikan salah satu potongan tiket kepadanya, sementara satu sisanya kusimpan sendiri. Aku menjalankan pola pendekatan konvensional sesuai dengan aturan main yang berlaku di dunia ini. Tak mungkin ada yang salah bukan?
Tak terasa satu jam berlalu. Setelah jemariku lelah menari dan meninggalkan jejak aksara. Aku melihat hasil tulisanku dengan bangga. Tak pernah sebelumnya aku membuat karya seindah itu.
Kemudian tangan kiriku menggapai sebuah lem kertas di sisi meja. Kulumuri bagian belakang tiket dengan lem itu, lalu kutempelkan di sebuah bagian kecil di sudut halaman yang telah sengaja kusiapkan sebelumnya.
Tiket itu memenuhi setengah bagian yang kosong. Di setengah bagian yang lainnya aku membuat sebuah tulisan kecil. Mendeklarasikan bagian ini akan diisi oleh tiket menonton yang kedua. Aku merasa yakin karena dia sepertinya benar-benar menyukai film itu, dan sequel dari film yang baru saja kami tonton akan keluar dalam waktu beberapa bulan ke depan.
Akhirnya aku menutup jurnal harianku. Kedua mataku mulau lelah, hati dan otakku juga lelah karena memikirkan dia terus menerus hari ini. Aku beranjak ke tempat tidur dengan jantung sedikit berdebar-debar, tak sabar menunggu pertemuan kedua kami.
Tapi ternyata pertemuan kedua itu tak pernah terjadi.
Natuna, 1 Februari 2013
Hmmm ya sudah sini nonton sama aku 😀
hahaha.. tuh ada yang ngajakin nonton tuh *toyor karakter di cerita
Wkwkkwk….. *gedekgedek
mantabh….
kereeennzz…
😀
wuih, makazzzziiih.. huahahaha
Frontal-frontalan aja masnya sebut namanya. Nguehehe 😀
Mampir juga ke-blog ane ya: http://danazumario.tumblr.com
fiksi kok mas. hahahaha 😀
menarik sekali ..aku ingin segera menulis di jurnal harianku juga
selamat menulis B-)
saya juga suka nulis di buku diary lho…
#info.gk.penting 😀
saya juga kok :3
Cari kenalan lagi di dunia maya karakter cowoknya, trus cerita dimulai dari awal lagi, begitu seterusnya tiap mau ending… *never ending story #becanda ham
daftar jadi fansmu y ham…
*kasih formulir pendaftaran. hahahaha..
aduh juni bikin saya tersipu malu nih :”>
Hahahaha.. ceweknya kecewa kali tuh sama kamu Ham.. *eh sama tokoh ceritnya,, hahhaa
Fiksi ini fiksiiiiiii~ T.T
cup..cup..cup..
aduh sayang sekali…
Iya ya, :’)
Khan bisa buat pertemuan ke dua lagi ? 🙂
kalau nggak ada? :d
Kalau nggak ada dan yakin nggak akan bisa ya move on , bener nggak ? 🙂
hahahaha.. iya mbak el. :p
waaah kereeeen mantap abiss deh cerpen’a/artikelnya 😀
kalo bacanya cerita Ilham mesti deh ga bisa berhenti seblom selesai he he.
Keren Ham *jempol*
aku kepengen ikutan tapi ga mudeng qiqiqiqi
hehehe.. makasih teh. itu event biasa aja, yang penting nulis 7 hari berturut2 terus di share.. dan saya udah gagal :I
iya…pas baca ceritanya Ilham yg pertama itu, aku lgsg follow birokreasi jg, tapi krn ga mantengin terus, jadi tetep weh keskip mulu hihihihi…
gpp… yg penting tetep nulis 😉 *kangen nulis fiksi*
ayo dong nulis lagi.. 😀
[…] Ilham, inspirasi flash fiction dan SENSE-nya yang buat saya pengen bisa menulis kayak […]
ini bukan fiksi. ini pasti nyata 😀
bagus curpen (curhatan pendek)-nya
fiksi kok fiksi.. ._. *maksa
yea, soal ‘tiket’ itu udah dicurhatin sbelumnya kan ?
Ini skedar mem’fiksi’kan fakta 😀
tiket? kapaaaaan? *langsung buka2 lagi
berarti penantiannya harus diulang lagi dong 😛
tulisannya asyik ilham, karena aku bukan pembaca yang baik untuk kalimat panjang, makanya aku termasuk penggemar flash fiksi. karena biasanya ada sesuatu yang mengejutkan dibagian akhirnya. Tapi mungkin ini perlu tambahan ceritanya agar lebih menggigit diujung cerita kali yak 🙂
ditambahin ular deh ntar mbak.. biar menggigit :”
boleh juga 😛
kak saya ketipu…. udah tau judulnya [Flash-Ficition] masih berfikir kalo ini kisah nyata 😆 kak saya nggak terimaaaa, kenapa kok akhirnya open ending gituuuu? T.T
sama seperti yang pada komentar di bawah dong ya.. hahahaha :v
wkwk. aslinya gimana lho kak? nyata atau fiksi? 😉
kakaak, dapet award nih! cek http://rurikakaka.wordpress.com/2013/02/09/very-inspiring-blogger-award/ untuk keterangan lebih lanjut yaaa
fiksi yang dibangun dari “sedikit” fakta *cari aman hahahaha
woooo, makasih ya ruri 😀
yaah bener kan firasat ruri 😛 ternyata penulis itu nggak jarang curhat ya kak 😆
oke samsaama kakak. kalo saya kasih award lagi berkenan nerima yak? 😀
pasti dong :3