#26 – Home Sweet Home (1)

Sewaktu kecil, tak pernah terpikir sedikitpun kalau saya akan pergi dari Bandung. Dalam angan-angan, yang selalu terbayang adalah saya akan menjalani masa-masa sekolah, jatuh cinta, kuliah, bekerja, menikah, berkeluarga, pensiun, lalu dimakamkan di kota itu. Selayaknya stereotip yang menempel pada masyarakat Jawa Barat, orang sunda enggan merantau.

Kenyataannya, semenjak lulus SMA saya tidak pernah lagi benar-benar tinggal di Bandung. Saat kuliah saya hanya mengunjungi Bandung saat-saat liburan semester. Setelah lulus, saya malah hanya mengunjungi kota itu setiap libur lebaran atau libur akhir tahun.

Bidang pekerjaan yang geluti menuntut saya berpindah dari satu kota ke kota lainnya setiap beberapa tahun sekali. Memaksa saya untuk terbiasa menjadi penghuni kostan, rumah dinas, dan rumah kontrakan, mungkin hingga pensiun kelak.

Jika dihitung semenjak keluar dari Bandung pada tahun 2008 hingga 2022, total saya sudah menempati kurang lebih 15 hunian yang berbeda. Dari sekian banyak hunian tersebut, ada beberapa tempat yang saya kira cukup berkesan dan membekas di ingatan.

Inilah kisahnya.

Continue reading “#26 – Home Sweet Home (1)”

#22 – Kalimongso dan Lorong-lorong Sunyi

Beberapa waktu yang lalu, pembicaraan tentang stress, anxiety, dan safe place di sekitar saya kembali terjadi. Bagai fenomena bapak-bapak berumur yang gemar membicarakan penyakit yang dimiliki satu sama lain, generasi milenial dan 90an di sekitar saya mulai gemar membicarakan tentang stress dalam pekerjaan dan keseharian mereka.

Sebagaimana diungkap dalam berbagai sumber dan penelitian, membagi masalah dan stress kepada teman adalah salah satu cara untuk mengurangi stress di dalam diri kita.

Dengan membicarakannya, berarti kita menerima kenyataan bahwa kondisi mental kita memang sedang tidak bagus. Mengakui adanya masalah adalah langkah pertama untuk mengatasi masalah itu. Dengan membicarakannya juga berarti kita bisa membangun support system satu sama lain yang bisa mengawasi dan menjauhkan diri kita dari depresi.

Namun kita memang harus pandai-pandai mencari orang yang akan kita ajak bicara. Jangan sampai satu-satunya hal yang keluar dari mulut lawan bicara kita adalah ceramah dan judgement tentang lembeknya mental dan kurangnya iman kita.

Continue reading “#22 – Kalimongso dan Lorong-lorong Sunyi”